Sebuah insiden memilukan terjadi di Desa Terusan, Jambi, saat seorang remaja berinisial H nekat tusuk ibu kandung sendiri gara-gara permintaan uang tak dikabulkan.

Peristiwa ini mengguncang warga setempat dan mengundang keprihatinan publik atas kondisi mental remaja serta dinamika dalam keluarga.
Di bawah ini Info Kriminal Hari Ini akan membahas kasus tragis di Jambi, di mana seorang remaja nekat menusuk ibu kandungnya sendiri hanya karena permintaan uang yang tak dipenuhi.
Permintaan Uang yang Berujung Petaka
Kejadian bermula pada Kamis, 12 Juni 2025, saat H meminta sejumlah uang kepada ayahnya. Namun, karena alasan yang belum sepenuhnya diungkap, permintaan tersebut ditolak. Penolakan itu memicu kemarahan dalam diri H, yang tampaknya tidak mampu mengendalikan emosinya.
Menurut keterangan Kepala Desa Terusan, Iknak, pelaku yang kesal langsung masuk ke dapur dan mengambil pisau. “Pelaku meminta uang kepada bapaknya, namun tidak terpenuhi. Kemudian, anaknya emosi,” kata Iknak. Emosi tak terbendung membuat H mengambil keputusan nekat yang mencederai orang yang paling menyayanginya ibunya sendiri.
Sang Ayah Kabur, Ibu Jadi Korban
Saat melihat anaknya memegang pisau, ayah H langsung melarikan diri karena merasa terancam. Sementara itu, sang ibu, Yunita, yang masih berada di dalam rumah, justru mencoba menenangkan dan menghentikan ulah anaknya. Namun nahas, bukannya tenang, H justru melukai ibunya sendiri dengan pisau dapur yang dibawanya.
Sabetan senjata tajam tersebut mengenai lengan kiri Yunita, menyebabkan luka robek yang cukup serius. Teriakan minta tolong dari korban membuat para tetangga berdatangan dan segera mengamankan pelaku sebelum kondisi makin memburuk.
Polisi Turun Tangan
Kanit Reskrim Kapolsek Maro Sebo Ilir, Ipda Rudi Sugara, membenarkan adanya kejadian ini. Pihak kepolisian langsung turun ke lokasi setelah mendapatkan laporan dari warga. “Pelaku diamankan masyarakat dan diserahkan ke pihak kepolisian,” ujar Ipda Rudi.
Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi untuk mengungkap kronologi lebih lengkap. Selain itu, Yunita juga telah mendapatkan penanganan medis serta pendampingan psikologis awal dari pihak berwajib.
Baca Juga:
Saat Rumah Tak Lagi Jadi Tempat Aman

Kasus ini kembali membuka luka lama tentang betapa rapuhnya struktur hubungan dalam keluarga ketika komunikasi dan kontrol emosi tidak berjalan baik. Remaja seperti H seharusnya berada dalam fase pembelajaran, pembinaan moral, serta perhatian ekstra dari lingkungan terdekatnya.
Namun, ketika tuntutan tidak terpenuhi dan emosi meledak, tindakan kekerasan bisa menjadi pilihan sebuah pilihan yang tentu fatal dan menyisakan trauma panjang.
Pertanyaan penting pun muncul, apa yang sebenarnya terjadi di balik permintaan uang itu? Apakah hanya sekadar keinginan sesaat, atau ada latar belakang lain seperti tekanan ekonomi, kecanduan gawai, bahkan potensi keterlibatan dalam pergaulan negatif?
Psikolog keluarga, Liana Setyawati, mengatakan bahwa kemarahan berlebih pada remaja bisa menjadi sinyal adanya gangguan psikologis atau tekanan mental yang tidak tersalurkan. “Jika anak sampai tega melukai orang tuanya, itu bukan hanya soal uang. Ada kemungkinan akumulasi emosi, tekanan batin, atau bahkan ketidakhadiran perhatian emosional dari keluarga,” jelasnya.
Tantangan Baru Bagi Orang Tua dan Masyarakat
Peristiwa di Jambi ini menjadi alarm keras bagi orang tua dan masyarakat untuk lebih peka terhadap kondisi mental anak-anak mereka. Zaman yang terus berubah dengan kecepatan teknologi dan gaya hidup yang makin individualistik membuat komunikasi dalam keluarga seringkali renggang.
Ketika anak mulai menunjukkan tanda-tanda emosional yang tidak stabil, penting bagi orang tua untuk tidak sekadar memarahinya, melainkan juga mendekati dengan empati, mendengar lebih banyak, dan memberikan ruang aman untuk berdialog.
Sekolah dan lingkungan sosial juga memegang peranan penting. Pendidikan karakter, penguatan mental, dan pelatihan pengelolaan emosi harus menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan remaja. Ini bukan hanya tanggung jawab guru, tapi juga sinergi antara orang tua, sekolah, dan aparat setempat.
Penanganan Hukum Dengan Pendekatan Kemanusiaan
Meski pelaku adalah anak di bawah umur, kasus ini tetap memerlukan tindakan hukum. Namun, pendekatan yang digunakan harus memperhatikan hak anak, termasuk hak atas rehabilitasi dan pembinaan.
Kepolisian dan lembaga perlindungan anak memiliki peran penting dalam memastikan bahwa proses hukum terhadap H berjalan adil, mendidik, dan tidak memperburuk kondisi psikologisnya.
“Saat ini, pihak kepolisian memeriksa beberapa saksi-saksi di tempat kejadian perkara serta memberikan pendampingan awal terhadap korban,” tambah Ipda Rudi.
Kesimpulan
Insiden yang terjadi di Batang Hari ini seharusnya tidak hanya menjadi berita kriminal sesaat, tetapi juga bahan refleksi mendalam bagi semua pihak. Keluarga adalah benteng pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak. Ketika benteng itu runtuh, akibatnya bisa fatal bahkan bagi mereka yang paling dicintai.
Semoga dari tragedi ini kita belajar, bahwa kasih sayang, komunikasi, dan perhatian terhadap kondisi mental remaja adalah investasi yang jauh lebih penting dibandingkan sekadar memberi atau menolak uang.
Simak dan ikuti terus Info Kriminal Hari Ini, termasuk berita terbaru Gegara Tak Diberi Uang, Remaja di Jambi Tusuk Ibu Kandung Sendiri, agar Anda tidak ketinggalan informasi kriminal lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari banjarmasin.tribunnews.com
- Gambar Kedua dari aceh.tribunnews.com