Kisah penculikan belasan anak di Jakarta dan Bogor oleh seorang pelaku berinisial A (28) menyisakan banyak teka-teki.
Insiden yang dimulai dari laporan anak hilang hingga penemuan para korban di berbagai lokasi ini mengungkap modus operandi yang licik. Peristiwa ini mengguncang publik dan memaksa aparat kepolisian bekerja keras mengungkap motif di balik kejahatan yang tidak biasa ini.
Berikut ini rangkuman berbagai informasi menarik kriminal lainnya yang bisa menambah wawasan Anda hanya di Info Kriminal Hari Ini.
Terungkapnya Kisah Di Masjid Al Insan
Selepas waktu dzuhur, Ari Kuncoro, Ketua Pengurus Masjid Al Insan di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, melihat beberapa anak laki-laki duduk di pelataran masjid. Pemandangan ini tidak biasa, mengingat masjid tersebut jarang dikunjungi anak-anak pada hari Kamis (12/5/2022). Anak-anak berusia 11-13 tahun itu terlihat santai, ada yang bermain ponsel, ada pula yang beribadah.
Ari tidak menaruh curiga pada awalnya, namun seorang pengurus masjid perempuan mencoba menghampiri mereka. Anak-anak tersebut mengaku berasal dari Benhil (Bendungan Hilir) dan beberapa di antaranya sudah tiga hari tidak makan. Mereka kemudian diberi biskuit oleh pengurus masjid, sebuah tindakan kemanusiaan yang sederhana namun berarti.
Tak lama setelah itu, polisi berpakaian sipil mulai berdatangan ke masjid, jumlahnya bahkan melebihi jumlah anak-anak. Polisi menjelaskan kepada Ari bahwa anak-anak tersebut adalah korban penculikan. Informasi ini mengejutkan Ari, terutama setelah mengetahui salah satu korban adalah kerabat pengurus masjid lainnya.
Modus Operandi Dan Penangkapan Pelaku
Pelaku berinisial A (28) berhasil ditangkap polisi dari Polres Jakarta Selatan dan Polres Bogor di kawasan Senayan. Penangkapan ini berdasarkan jejak laporan anak hilang di Jakarta Selatan hingga Kabupaten Bogor. Modus yang digunakan pelaku tergolong licik dan mengejutkan banyak pihak.
A berpura-pura menjadi aparat yang melakukan “razia masker” terhadap remaja laki-laki yang bermain di luar rumah. Ia kemudian membawa korban yang “melanggar” ke kantor polisi menggunakan sepeda motor. Namun, alih-alih ke kantor polisi, A membawa anak-anak tersebut berkeliling tanpa arah yang jelas.
Salah satu korban, F (11) dari Parung, Bogor, diculik saat berolahraga pagi pada Minggu (8/5/2022) dan ditemukan di Fatmawati pada Selasa (10/5/2022). F menceritakan bahwa dia hanya tidur di masjid, lalu pagi harinya dia diajak berkeliling lagi. Keterangan ini memberikan gambaran tentang bagaimana pelaku memperlakukan para korban selama dalam penculikannya.
Baca Juga: Pemotor di Klaten Dihajar Begal, HP Dan Uang Rp 500 Ribu Disikat Pelaku
Perlakuan Pelaku Terhadap Korban
Meski diculik, kondisi fisik anak-anak korban tidak terlihat telantar atau lusuh. Pelaku bahkan memberikan pakaian baru, dari baju hingga sepatu, kepada mereka. Salah satu korban, K (12), yang diculik di Tanah Kusir, juga menerima pakaian dan alas kaki baru dari pelaku.
Subena, ayah K, mengatakan bahwa saat bertemu kembali dengan anaknya pada Kamis (12/5/2022), pakaian K sudah berganti. K juga mengaku mendapat makanan yang cukup dari pelaku. Namun, pelaku juga mengambil paksa ponsel K, menunjukkan sisi manipulatif dan kontrolnya terhadap para korban.
Perlakuan yang tampak “baik” ini menjadi salah satu bagian misterius dari kasus ini. Mengapa pelaku memberikan pakaian dan makanan, namun sekaligus mengisolasi korban dari dunia luar dengan mengambil ponsel mereka? Ini menambah kompleksitas dalam memahami motif sebenarnya dari pelaku.
Misteri Motif Dan Investigasi Lanjutan
Hingga kini, motif pelaku A masih diselidiki secara mendalam. Polisi mencatat ada 12 korban dari wilayah Jakarta Selatan dan Bogor. Penyidik telah melakukan olah TKP, memeriksa 16 saksi, melakukan visum, dan berkoordinasi dengan P2TP2A serta Kementerian PPPA untuk pendampingan korban.
Tersangka A dijerat dengan Pasal 78e, 76f, 82, dan 83 UU Perlindungan Anak serta Pasal 330 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara. Polisi juga berencana memeriksa kejiwaan pelaku dan berkoordinasi dengan Criminal Justice System (CJS) untuk memperberat hukuman. Namun, kasus ini semakin rumit dengan pengakuan A yang mengaku pernah menjadi perekrut bom Sarinah dan pengawal Bahar bin Smith.
Pihak Lapas Gunung Sindur membantah klaim A terkait riwayat terorismenya, menyatakan identitas A tidak ditemukan sebagai warga binaan. Hal ini membuat polisi harus bekerja ekstra untuk memverifikasi pengakuan A dan mengungkap motif sebenarnya di balik penculikan belasan anak ini.
Ikuti perkembangan Info Kriminal terupadate setiap harinya agar selalu mendapat kabar terbaru dan akurat seputar dunia kriminal hanya di Info Kriminal Hari Ini.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari kompas.id
- Gambar Kedua dari kompas.id