Polisi Telah Periksa MNFH, Pelaku Ledakan Bom SMAN 72

Polisi Telah Periksa MNFH, Pelaku Ledakan Bom SMAN 72

Kejadian di SMAN 72 merupakan peringatan serius bahwa kekerasan dan perundungan di sekolah jika tidak ditangani dengan serius dapat berujung pada tragedi besar.

Polisi Telah Periksa MNFH, Pelaku Ledakan Bom SMAN 72

Pemeriksaan pelaku, penyelidikan latar belakang psikologis, serta pemulihan lingkungan sekolah menjadi sangat penting.

Berikut ini rangkuman berbagai informasi kriminal menarik lainnya dan bermanfaat yang bisa menambah wawasan Anda ada di Info Kriminal Hari Ini.

Misteri Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Peristiwa menggemparkan terjadi di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, pada Jumat, 7 November 2025 ketika khotbah salat Jumat dilaksanakan di masjid sekolah.

Saat shalat berlangsung, terdengar ledakan keras yang mengejutkan seluruh jamaah. Setelah penyisiran lokasi, pihak berwenang menemukan total tujuh bom rakitan. Empat di antaranya meledak dua di masjid dan dua di dekat area bank sampah sekolah.

Penemuan ini memicu kepanikan besar sebanyak 96 orang, mayoritas siswa, dilaporkan mengalami luka. Beberapa di antaranya bahkan menderita luka berat akibat serpihan dan material bom.

Insiden ini mengejutkan publik dan membangkitkan kekhawatiran soal keselamatan di lingkungan sekolah.

Bagaimana Bom Itu Dirakit?

Terduga pelaku, MNFH seorang siswa di SMAN 72 yang telah ditetapkan sebagai anak berkonflik dengan hukum (ABH) menjadi fokus penyidikan. Menurut penyelidikan, MNFH merakit bom secara mandiri, dengan memanfaatkan tutorial yang diperoleh dari internet.

Polisi bahkan menyebut bahwa bahan peledak utama dibeli secara daring dan dikirim ke rumah orang tua MNFH. Orang tua tidak mencurigai karena pelaku mengaku bahan itu untuk keperluan ekstrakurikuler sekolah.

Selain itu, bom tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote. Saat ledakan terjadi, pelaku disebut berada di luar masjid.

Baca Juga: Terungkap Siswa Pelaku Ledakan Taruh 7 Bom di SMAN 72 Jakarta

Proses Pemeriksaan Pelaku Oleh Polisi

Proses Pemeriksaan Pelaku Oleh Polisi

Setelah sempat menjalani perawatan intensif, kondisi MNFH dinyatakan stabil. Pada 1 Desember 2025, penyidik dari Polda Metro Jaya telah memulai pemeriksaan terhadapnya.

Proses ini dilakukan dengan pendampingan keluarga, kuasa hukum, pihak dari Balai Pemasyarakatan (Bapas), serta konselor dari Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) sesuai ketentuan perlindungan anak.

Penyidik fokus mendalami motif tindakan bagaimana dan mengapa MNFH melakukan aksi tersebut, dari perolehan bahan, cara merakit, hingga motivasi yang mendorong dirinya untuk melancarkan aksi berbahaya di lingkungan sekolah.

Meski pemeriksaan telah dilakukan, pihak kepolisian belum membeberkan hasilnya secara publik menyebut bahwa penyidikan masih terus berlangsung.

Upaya Pemulihan di SMAN 72

Dampak dari ledakan ini sangat besar bagi warga SMAN 72. Ratusan siswa dan beberapa staf terluka, menimbulkan ketakutan dan trauma. Namun setelah hampir sebulan, aktivitas belajar mengajar di sekolah perlahan kembali berangsur normal. Menurut data terbaru, kegiatan luring di SMAN 72 sudah berjalan sekitar 94 persen.

Pihak pendidikan bersama instansi terkait termasuk layanan kesehatan, perlindungan anak, dan kepolisian terus memberikan pendampingan psikologis bagi para siswa. Pemulihan kondisi korban dan atmosfir sekolah dinilai penting agar rasa aman dan kepercayaan bisa kembali.

Sementara untuk pelaku, meski telah diperiksa, proses hukum dan evaluasi kasus masih berjalan, sebagai bagian dari upaya memastikan keadilan serta pencegahan agar insiden serupa tidak terulang.

Upaya Klarifikasi, Bukan Terorisme

Dalam konferensi pers, Polda Metro Jaya secara tegas menegaskan bahwa pelaku meski meledakkan bom di masjid sekolah bukan pelaku terorisme, dan tindakannya tidak dilatari kebencian terhadap agama manapun.

Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa tindakan tersebut merupakan aksi individu, bukan bagian dari organisasi teror atau ekstremisme.

Menurut keterangan polisi, salah satu faktor yang kemungkinan besar memicu aksi tersebut adalah akumulasi tekanan psikologis termasuk kurangnya perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitar. Itu bisa jadi menyebabkan pelaku merasa terisolasi atau tidak memiliki tempat untuk curhat.

Ikuti perkembangan Info Kriminal terupadate setiap harinya agar selalu mendapat kabar terbaru dan akurat seputar dunia kriminal hanya di Info Kriminal Hari Ini.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari www.cna.id
  • Gambar Kedua dari www.liputan6.com
Home
Telegram
Youtube
Search